Kamis, 20 Mei 2010

DIAM ITU EMAS

Diam itu emas adalah sebuah pepatah lama yang sedikit menjelaskan bahwa diam itu lebih baik daripada banyak bicara. kenapa bisa diputuskan demikian? Lihat saja pada beberapa peribahasa Indonesia, periaku yang lebih banyak omong tak mendapatkan kesan yang cukup baik. Contohnya saja pada peribahas; 'Air beriak tanda tak dalam' atau 'Tong kosong nyaring bunyinya'. Jika demikian, maka orang yang banyak omong selalu mendapat kesan tak terlalu dalam ilmunya atau kosong otaknya.
Namun demikian, jangan lantas kita menjadi orang yang diam. Diam dalam segala hal yang menyebabkan diamnya menjadi diam yang tak berguna. Yang dimaksud diam itu emas adalah kita bijak dalam menyikapi mulut kita yang nampaknya selalu gatal bila melihat sesuatu yang menarik. Yang dimaksud diam itu emas adalah kita pandai menjaga ucapan kita dengan berbicara apa yang selayaknya kita bicarakan dan kita tidak membicarakan sesuatu yang memang tak selayaknyya untuk kita bicarakan. Diam itu emas adalah apabila kita bisa menempatkan kapan kita harus bicara dan kapan kita harus diam.
Kenapa kita harus menjaga mulut kita? Karena di dalam muluut tersebut terdapat selembar lidah yang di atas helaiannya tercatat berbagai macam perkataan. Entah itu baik dan sopan atau buruk, tergantung tinta apa yang mencatatnya. Lantas kita harus pandai menjaga mulut kita agar semua kata yang keluar terbatas pada kata-kata yang sopan dan menyejukkan hati sedang kata-kata yang tidak sopan lebur, terhapus oleh pandainya kita menjaga mulut.
Jadi, bila memang tak ada kata dalam mulut kita yang layak untuk dikatakan maka diamlah, dan diammu itu adalah emas.

Senin, 17 Mei 2010

HIJAUKAN BUMI KITA!

Bumi kita akan kiamat! Tepatnya tanggal 21 Desember 2012! Itulah salah satu gossip dunia yang beberapa bulan lalu merebak dan menyebabkan keresahan pada seluruh penduduk dunia. Betapa tidak, perihal kiamat adalah salah satu hal tersensitif masyarakat dunia. Kiamat menunjukkan bahwa usia dunia kini hanya beberapa langkah lagi menemui kehancurannya. Kiamat menunjukkan bahwa manusia akan tak lagi menduduki tempat kini mereka bepijak dan musnahlah semua yang mereka miliki. Gossip ini diklaim berasal dari suku maya, yakni salah satu suku yang menduduki daerah Amerika Serika, namun anehnya pihak dari suku maya menolak hal ini.

Terlepas dari kontroversi di atas, sebagai seorang yang bijak nampaknya kita harus memandang kasus ini dari satu sudut yang berbeda. Dengan adanya gossip ini, adakah Tuhan tengah menggugah kebobrokan mental dan tindakan kita dalam menyikapi segala permasalahan alam yang akhir-akhir ini seringkali terjadi? Adakah Tuhan tengah memperingati sikap kita yang terlalu mengagungkan teori antroposentris dimana manusia adalah pusat dari alam semesta yang hanyalah pelayan bagi kita? Adakah sekarang Tuhan tengah menyadarkan kita bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini terhadap alam adalah sebuah kekeliruan? Entahlah, namun yang pasti kiamat bisa terjadi kapan saja apalagi dalam keadaan yang seperti ini saat alam telah benar-benar rusak oleh tangan-tangan manusia yang tak punya hati.

Satu contoh yang sangat dekat dengan kehidupan kita sebagai masyarakat yang mendiami sebuah negara yang mandapat peringkat dalam kategori negara padat penduduk. Adalah habisnya lahan-lahan hijau perhutanan yang mempunyai fungsi sebagai paru-paru dunia dan penyeimbang ekosistem alam Indonesia. Hal tersebut terjadi bisa dikatakan sebagai hasil nyata karakusan manusia dalam mengexploitasi alamnya yang terlalu berlebihan. Sebagian masyarakat, pihak swasta maupun pemerintah menggunakan lahan-lahan hutan tersebut untuk dijadikan perumahan penduduk, perkantoran, tempat hiburan, dan lain sebagainya yang notabene kurang memperhatikan keseimbangan alam dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan yang kian parah pada lingkungan.

Hutan Indonesia berkurang sangat cepat, pengurangan luas hutan di Indonesia meningkat dari satu juta ha per tahun pada tahun 1980-an menjadi 1,7 ha per tahun pada periode 1990-an. Bahkan sejak tahun1996, pengurangan luas hutan menjadi dua juta hektar per tahun. Karena itulah, saat ini kondisi hutan Indonesia telah begitu memprihatinkan. Dan diperkirakan, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, luas areal hutan di Indonesia menurun dari 162 juta hektar tinggal menjadi 98 juta hektar saja.

Memiriskan, mengingat Indonesia adalah salah satu Negara yang cukup penting bagi dunia dengan sumbangan oksigennya atau boleh disebut paru-paru dunia. Namun sekarang, Indonesia menjadi salah satu Negara dengan penurunan luas hutannya yang sangat drastis. Lantas, siapa yang harus disalahkan? Nampaknya ini bukan saatnya bagi kita untuk saling menyalahkan, karena saya fikir semua lapisan mesyarakat turut menyumbang penurunan hal ini dengan berbagai aktifitasnya. Namun satu hal yang harus dipertanyakan sekarang adalah bagaimana cara kita untuk dapat memulihkan kembali hutan kita?

Sebenarnya itu adalah pertanyaan yang mudah untuk dijawab karena pertanyaan itu telah ada dalam soal-soal ujian sekolah dasar namun yang sulit adalah bahwa kita sebenarnya tak hanya cukup menjawab pertanyaan itu dengan berbagai teori-teori yang telah kita pelajari dalam bangku sekolah tapi yang dibutuhan sekarang adalah perealisasiannya. Hal yang sulit karena ini menyangkut sikap dan mental pribadi setiap personal. Sejauh mana ia memahami bahwa rasa cinta terhadap lingkungan itu adalah sesuatu yang sangat diperlukan untuk menyelamatkan alam kita. Sejauh mana ia mengerti bahwa alam ada bukan hanya untuk melayani berbagai kebutuhan kita namun lebih jauh dari itu, kita juga harus turut menjaga dan melestarikannya.

Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga serta melestarikan alam kita selain untuk menanggulangi pemerosotan luas hutan kita. Namun semuanya bisa diwakilkan dalam beberapa hal berikut;

  1. Reboisasi. Langkah yang paling bagus untuk menanggulangi penurunan lahan hijau di Indonesia. Meskipun tak dapat mencegah global warming karena zat asam arang di lapisan atmosfer sudah sebegitu banyaknya tapi setidaknya itu cukup efektif sebagai langkah penghijauan.
  2. Pembatasan penebangan hutan. Hal ini ditujukan untuk sedikit mengurangi persentase penurunan luas hutan Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain itu sebaiknya pemerinah juga memperketat pengawasannya di beberapa titik hutan Indonesia yang rawan pembalakan liar.
  3. Pendidikan dini tentang lingkungan hidup untuk anak-anak Indonesia penerus bangsa.


Hanya tiga hal itu, ya, meskipun hanya hal-hal yang kecil dan tak bisa seluruhnya menyelamatkan alam tapi setidaknya kita bisa menambah usia alam walaupun hanya beberapa detik. Oleh karena itu, marilah kita hijaukan bumi kita!